Kegiatan yang diinisiasi oleh Bimas Islam dan Densus 88 Mabes Polri ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang bahaya laten dari paham Intoleransi, Radikalisme, Ekstrimisme, dan Terorisme (IRET) dalam kehidupan bermasyarakat, serta sebagai forum komunikasi dua arah antara masyarakat dan pemerintah dalam rangka pencegahan potensi konflik keagamaan, khususnya di Kabupaten Mamuju Tengah.
Kepala Kantor Kemenag Mamuju Tengah, Dr. H. Muhammad Dinar Faisal, M.Si. dalam sambutannya beliau menyampaikan tentang kaitan empat indikator Moderasi Beragama dalam mencegah potensi terjadinya konflik keagamaan, “Kementerian Agama dengan program Moderasi Beragama, ada 4 indikator utama: Pertama, komitmen kebangsaan; Kedua, toleransi beragama; ketiga, anti kekerasan; dan keempat, penerimaan terhadap kearifan lokal. Empat indikator utama ini dapat mewakili tema FGD kita pada hari ini.”
Kompol Sofyan Ansyari dari Densus 88 Mabes Polri sebagai pembicara utama, membawa salah satu toko eks Jamaah Islamiyah (Organisasi Terlarang), Joko Santoso. Kehadiran Santoso turut memperdalam diskusi serta menambah wawasan anggota forum tentang potensi bahaya pemahaman keagamaan yang ditafsirkan dengan cara pandang radikal.
“Pencegahan terhadap konflik sosial berdimensi keagamaan ini tidak bisa diselesaikan oleh Densus 88 sendirian. Dibutuhkan bantuan dari seluruh elemen masyarakat dan pemerintah, sehingga kita bisa, karena kita bersama-sama menjaga NKRI.”, pesan Kompol Sofyan(**)
Saat ini belum ada komentar